Lestarikan Budaya, Lapas Majalengka Gelar Pembinaan Angklung untuk Warga Binaan
Majalengka — Tradisi dan budaya bangsa bukan sekadar harta pusaka, tetapi juga sumber kehidupan yang memperkaya jiwa dan memupuk kebanggaan. Dalam semangat melestarikan kearifan lokal, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Majalengka mengambil langkah inovatif: menghadirkan pelatihan seni musik angklung untuk para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pada Kamis (07/11).
Pembinaan seni musik angklung ini bukan sekadar program kesenian biasa. Di Lapas Majalengka, angklung menjadi jembatan untuk menyalurkan energi kreatif, memperkuat kesejahteraan mental, dan membangun rasa percaya diri yang sering hilang. Seni ini pun menjadi sarana terapi yang efektif, mengiringi para WBP menuju proses rehabilitasi dan reintegrasi sosial, menjadikan mereka lebih siap kembali ke masyarakat dengan keterampilan yang tak hanya unik tapi juga bermakna.
Untuk memastikan keberhasilan program ini, Lapas Majalengka bekerja sama dengan Sanggar Seni Azam Majalengka. Dengan bimbingan para pelatih profesional, WBP diajak menyelami dunia musik tradisional angklung, mengenal nada-nada penuh makna, dan membentuk harmonisasi, seolah-olah setiap denting menjadi bagian dari perjalanan baru mereka.
Kalapas Majalengka, Febie Dwi Hartanto, menekankan bahwa pelatihan ini merupakan bentuk tanggung jawab Lapas untuk melestarikan budaya angklung yang telah diwariskan oleh para leluhur di tanah Pasundan. "Pelatihan seni musik budaya bangsa ini sangat penting diberikan kepada semua lapisan masyarakat, termasuk WBP, sebagai upaya mempertahankan budaya kita agar tetap hidup. Karena jika bukan kita, siapa lagi yang akan menjaga? Jika tidak sekarang, kapan lagi?" ungkap Febie dengan penuh semangat. Ia berharap keterampilan angklung ini dapat menjadi bekal berharga bagi para WBP, baik selama masa hukuman maupun setelah mereka kembali ke masyarakat.
Langkah Lapas Majalengka ini membuktikan bahwa budaya lokal bukan hanya milik mereka yang bebas di luar, tetapi juga hak setiap jiwa untuk merasakannya, bahkan dari balik jeruji. Dengan irama angklung yang terus berdenting, semoga tumbuhlah harapan baru, semangat kebangsaan, dan keteguhan untuk terus melestarikan warisan budaya kita.