Menyambut Perubahan: Komisi II DPRD Majalengka Tinjau Situs Pemandian Sang Raja, Cermati Rencana Revitalisasi
Majalengka kembali bergetar oleh sejarahnya! Di balik keheningan Situs Pemandian Sang Raja di Kelurahan/Kecamatan Cigasong, tim Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka turun langsung untuk meninjau potensi dan kondisi situs ini, Senin (4/11/2024). Situs yang dipercaya sebagai pemandian pertama dan berusia ratusan tahun ini adalah saksi bisu sejarah panjang Majalengka. Dengan langkah penuh antusiasme, para anggota dewan berjalan menyusuri area mata air hingga kolam pemandian, melihat langsung setiap sisi yang butuh sentuhan baru.
“Kami ke sini bukan hanya untuk sekadar melihat, tetapi lebih untuk merasakan langsung bagaimana pentingnya Situs Sang Raja ini bagi masyarakat Majalengka,” ujar Dasim Raden Pamungkas dari Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka. Menurutnya, revitalisasi situs ini merupakan langkah strategis untuk mengangkat aset daerah yang sampai sekarang belum banyak dikembangkan sebagai objek wisata unggulan.
Mata Air Sejarah yang Siap Ditata Ulang
Disparbud (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) tengah mengusulkan rencana revitalisasi besar-besaran, dan bagi Komisi II, ini bukan sekadar janji. Revitalisasi ini berarti mengembalikan kejayaan mata air yang dahulu menghidupi warga, sekaligus menarik perhatian pengunjung modern. “Majalengka butuh obyek wisata yang menjadi ikon daerah dan dimiliki langsung oleh pemerintah daerah,” tambah Dasim. Hal ini dianggap sebagai investasi budaya sekaligus ekonomi, yang diharapkan dapat memantik wisatawan lokal dan mancanegara.
Langkah Ke Depan: Menggali Potensi, Menghargai Sejarah
Pemandian Sang Raja bukan hanya situs kuno; bagi Majalengka, ini adalah jejak panjang tradisi, tempat yang menyimpan kenangan dan sejarah lokal yang mendalam. Dengan revitalisasi ini, kelak situs ini dapat mengundang lebih banyak pengunjung untuk memahami kekayaan budaya Majalengka. Komisi II DPRD berharap rencana ini bisa berjalan secepatnya, melibatkan masyarakat sekitar, dan memberikan sentuhan modern yang tetap menghormati akar sejarah.
sumber : tribunjabar